Sunday, December 2, 2007

Bersatu Mengatasi ”Global Warming”


”Awalya saya mengira saya berjuang untuk menyelamatkan pohon karet. Kemudian saya mengira saya berjuang untuk menyelamatkan hutan hujan Amazon. Sekarang saya sadar bahwa saya berjuang bagi kemanusiaan” (Chico Mendes)


Itulah sebagian kalimat yang diucapkan Chico Mendes sebelum ia tewas. Ia adalah seorang aktivis lingkungan Brasil yang berjuang mempertshankan hutan hujan Amazon dari kerusakan. Ucapan Chico jelas tidak keliru pun hingga saat ini. Ia berbicara tentang hubungan perjuangannya di tingkat lokal dalam hal ini yang dilakukan Chico (Brasil) dengan gerakan global bagi keadilan sosial (seluruh dunia).

Mengapa menjadi gerakan global bagi keadilan sosial? Karena melawan perubahan iklim adalah bagian dari perjuangan kemanusiaan. Alasannya, sederhana saja : karena bumi adalah menjadi satu-satunya tempat dimana semua mahluk bisa hidup didalamnya. Jadi, jika disalah satu bagian dunia melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat merusak lingkungan deangan banyak variabelnya, bagian dunia lainnya akan terkena dampaknya.

Sebagai catatan pemanasan global terjadi karena sumbangan terbesarnya akibat meningkatnya emisi Co2. Laju emisi Co2 setiap tahunnya mengalami peningkatan yang sigifikan. Masalah emisi Co2, juga masuk dalam kerangkan protokol Kyoto. Sangat tidak arif jika kita mempersalahkan salah satu pihak terlebih pada orang per orang. Tetapi, yang perlu dilakukan adalah langkah konkrit dari semua pihak dan semua orang untuk menyelamatkan bumi. Karena, pemanasan global mengancam kehidupan manusia itu sendiri.

Beberapa tahun ini, kita disuguhkan pertunjukan yang dimainkan oleh alam. Pertunjukan itu berupa; bencana dimana-mana, angin, badai, naiknya air laut ke daratan, dan yang paling memukau adalah sempuran lumpur. Kondisi ini keadaanya sangat timpang dibeberapa belahan dunia.

Menurut beberapa pendapat kondisi ini disebabkan alam yang berubah. Tetapi, lain halnya dengan pendapat para ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) mengatakan; ” bukan alam yang berubah, tetapi akibat perbuatan manusia”. Dalam hal ini alam juga memiliki peranannya, tetapi sumbangan terbesarnya adalah ulah manusia.

Lantas apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas bumi dari pemanasan global? Pertama, mengubah perilaku hidup. Mulailah dengan kesadaran dari diri sendiri dengan cara efisiensi menggunakan energi dalam kegiatan sehari-hari. Karena, seperti diungkapkan diatas penyumbang terbesar dari terjadinya pemanasan global adalah emisi gas Co2.

Kedua, kita harus meningkatkan wawasan lingkungan. Berfikirlah bahwa bumi yang kita nikmati saat ini bisa juga dinikmati anak cucu kita kelak dalam keadaan yang baik. Bukankah petuah bijak; lebih baik mencegah dari pada mengobati (memperbaiki). Saya pikir pepatah itu benar, bayangkan jika hutan yang sekarang gundul dibabat oleh orang yang tidak bertanggung jawab kita obati. Maka, perlu 20 tahun untuk melihat hutan kita kembali seperti semula. Itu juga jika dilakukan dengan cara yang baik. Kalau tidak? Entahlah.........

Mencegah agar tidak terjadi kerusakan lingkungan juga bukan pekerjaan gampang jika tidak ingin dikatakan mustahil. Menjadi mustahil, jika tidak ada kesadaran dari tiap-tiap individu, pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Di tingkat individu saja sudah muncul banyak kepentingan, apalagi dalam pemerintahan dimana kepentingan-kepentingan politik, ekonomi juga besar pengaruhnya terhadap limgkungan.

Kegiatan ekonomi cenderung mengesampingkan ekosistem. Padahal, ekonomi menjadi bagian dari ekosistem, tetapi biaya rusaknya lingkungan dan dampak sosial tidak pernah diperhitungkan.

Terlalu berlarut-larut dalam polemik dan banyak konsep tentang penyelamatan bumi dari ancaman pemanasan global, tanpa tindakan konkrit sama saja dengan mempercepat ambaruknya kualitas bumi.

Jika bumi yang sampai saat ini menjadi satu-satunya tempat bagi manusia untuk hidup dan kehidupannya ambruk. Hancur, dan tidak bisa lagi dihuni, apakah manusia akan melakukan ”bedol bumi” ke planet Mars, misalnya!

No comments: